Diberdayakan oleh Blogger.

tulisan berjalan

Kamis, 10 November 2011

lintas alam malam hari


Lintas Alam Malam Hari Tomok - Tuk-Tuk Siadong

Percobaan terakhir, pemuda yang paling pertama menawarkan jasa angkutan tadi akhirnya kembali memepet kami. Ia menawarkan harga ultimatum terakhir, Rp. 40.000/ 2 orang. Saya tetap tidak tertarik dan melanjutkan perjalanan saya. Tampaknya ia kesal dan kemudian ia bergegas memacu kendaraannya ke arah Tuk-Tuk Siadong. Ini adalah akhir dari penawaran pemuda tersebut, walaupun beberapa ojek lain masih kerap mendatangi kami dan mencoba melakukan penawaran. Untungnya, semakin kami berjalan mendekati Tuk-Tuk, penawaran tersebut hilang sama sekali.
Saya baru menyadari, senter adalah benda yang paling dibutuhkan kalau kita nekad berjalan kaki pada malam hari di Pulau Samosir. Rute 2 KM dari Tomok menuju Tuk-Tuk Siadong tampaknya menyenangkan. Apabila dilakukan bersama teman, nampaknya jalur tersebut bukanlah hambatan berarti. Kita bisa menjelajahi rute sambil mengobrol dan tiba-tiba saja, voila, sudah sampai! Permasalahannya, kami melakukan perjalanan ini di keremangan malam. Kegelapan malam, malah! Samosir termasuk wilayah yang miskin penerangan lampu jalanan. Terangnya lampu hanya didapat apabila ada sebentuk bangunan di pinggir kiri atau kanan jalan. Namun, masalahnya, tutupan utama Samosir umumnya bukan rumah, melainkan sawah, bukit dan hutan. Alhasil, kami beberapa kali harus berjalan di tengah kegelapan malam, tanpa bisa membedakan yang mana parit, yang mana jalanan, (yang mana makam) dan yang mana sawah. Disinilah fungsi senter sangat diandalkan.
Dalam melakukan perjalanan ini, kami beberapa kali disapa oleh anak-anak di beberapa rumah dengan perkataan, “hello mister”. Mungkin kami dikira orang asing kali yach? Namun, rumah hanyalah salah satu dari sekian banyak fitur dan objek yang kami jumpai. Selepas Desa Tomok, kami melewati areal rerimbunan tanaman yang cukup lebat. Saya yakin, kalau saya sendirian sich mungkin nggak bakal senekad ini untuk melewati jalanan sepi tanpa penerangan sama sekali tersebut. Saya pasti sudah mengambil penawaran dari supir ojek tersebut saat pertama kali! Hihihi. Beberapa kali saya menyaksikan kuburan. Ya, saya ulangi, banyak kuburan di tepi kiri dan kanan jalan yang kami lalui. Nggak heran sich, Samosir kan terkenal dengan julukan pulau 1000 makamnya. Di samping kiri dan kanan jalan banyak sekali ditemukan makam-makam, dari sekedar makam biasa hingga makam keturunan raja, lengkap dengan kubur batu di atas tanah dan bangunan bertingkatnya. Luar biasa, sekaligus menakutkan karena kami melihatnya pada malam hari. Teman saya bahkan tidak berani menengok sama sekali ke arah makam. Pandangannya lurus saja ke depan. Padahal, saat siang hari, monumen-monumen di makam tersebut tergolong unik dan indah. Banyak yang berfoto-foto di depan monumen makam tersebut.

0 komentar:

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP